Tidak Ada, Ataukah Tidak Tahu Dalilnya?

Urusan ibadah ritual memang membutuhkan dalil. Dan yang namanya dalil itu ada yang berasal dari Al Qur’an, Al Hadits, Amaliah para sahabat, serta ijtihad para ulama mujtahid yang mana mereka berijtihad adalah atas dasar dalil yang pokok tadi.

Membuat sendiri ritual ibadah yang bertentangan dengan dalil agama, maka ritual itu akan tertolak dan bahkan bisa mengantarkan pelakunya masuk ke dalam neraka.

Semua ulama yang lurus sepakat akan hal tersebut. Karena itulah yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam.

Yang jadi masalah, di jaman sekarang ini kadang, ada orang yang gemar menuduh suatu amalan itu TIDAK ADA DALILNYA, padahal bukan tidak ada dalilnya, tapi merekalah yang TIDAK TAHU DALILNYA.

Mereka menyangka berbuat benar, padahal telah melakukan, paling tidak TIGA kesalahan besar.

PERTAMA, sombong karena menjadikan diri mereka sendiri dan kelompoknya sebagai ukuran kebenaran. Bukan lagi dalil yang jadi ukuran. Bila mereka tahu maka berarti ada dalilnya, bila yang mereka tidak tahu maka dianggap bukan dalil.

KEDUA, akibat prinsip sesat itu mereka jatuh ke dalam dosa besar, yakni mengharamkan hingga mensyirikkan hal yang dihalalkan bahkan disunnahkan.

KETIGA, Mereka jadi menebarkan fitnah dan membunuh karakter ulama besar yang mengamalkan sesuatu yang menurut mereka tidak berdalil tadi. Tuduhan ahli bid’ah, sesat bahkan musyrik dengan mudah mereka sematkan kepada tokoh ulama, apalagi orang awam.

Kesesatan semacam ini sulit untuk disadari oleh pelakunya karena mereka sudah sedari awal memposisikan diri sebagai penentu benar dan salah. Mereka merasa pengetahuannya sudah melingkupi semuanya, tak ada yang terlewat dari apa yang mereka pelajari

Maka, paling selamat bagi kita yang belum sampai pada derajat mufti apalagi mujtahid ini adalah dengan ber-taqlid ataupun ittiba (mengikut) pendapat ulama yang kita yakini kebenarannya, tanpa berani menyalahkan pendapat dan amalan kelompok lain yang kita belum ketahui dalilnya.

Wallahu a’lam

Pergi ke jawa naik pedati
Jalan berputar kudanya roboh
Kadang manusia tak hati-hati
Berlagak pintar padahal bodoh

Sungguhlah tinggi pondok di huma
Tiangnya dua berlapis busa
Apalah lagi urusan agama
Salah berfatwa bisa berdosa

Pergi ke kota membeli baju
Sambil melaju menunggang kuda
Kalaulah kita yang tidak tahu
Jangan terburu bilang tak ada

Di istana banyak ruangnya
Pagarnya bulat beranak tangga
Lebih bijaksana banyak bertanya
Agar tak sesat salah menduga

Air bersih dibuat jamu
Lalu dicampur larutan kanji
Kalaulah masih sedikit ilmu
Lebih manfaat banyak mengaji

Buah mangga si buah duku
Buah markisa si buah kurma
Tidaklah ada seujung kuku
Ilmu kita dibanding ulama

Makan nasi sayur berkuah
Lampunya redup tidak melihat
Saling toleransi jaga ukhuwah
Lapanglah hidup dunia akhirat

Samarinda, 6 Maret 2021

www.abdillahsyafei.com 2022