Beliau yang bersama saya ini namanya pak Sagio. Dari tahun 1990 belum pernah berjumpa, sejak beliau keluar dari Madrasah Aliyah tempat kami menimba ilmu. Rasanya tidak ada yang berubah dari gaya tampilan dan gaya bicara beliau. Kecuali satu yang membuat saya sedih: “Beliau sama sekali tidak mengenali saya dan banyak kawan yang lain lagi.” ðŸ˜
Tapi saya maklum, rentang waktu 30 tahun bukan hanya memisahkan raga kami namun juga menghilangkan banyak memori tentang sosok seorang kawan. Dan setelah bercerita panjang lebar, barulah memori yang sudah terendap lama di pojok ingatan perlahan mulai muncul kembali ke permukaan. Dan kami hanya bisa tertawa pilu menyadari kepikunan diri masing-masing. 😀
Ya, beliau sudah menjadi kakek dengan beberapa cucu. Sementara saya sendiri walau belum memiliki cucu dari anak kandung namun juga sudah dipanggil “kakek” oleh beberapa anak dari keponakan saya. Artinya, pertemuan kami dan beberapa kawan lainnya di hari sabtu (20 Juli 2019) ini benar-benar pertemuan kakek-kakek dan nenek-nenek.Â
Mudahan kami semua selalu dilimpahi kesejahteraan, sehat jasmani dan rohani, serta selalu terjalin silaturahmi baik di alam dunia ini maupun kelak bila mati, berkumpul di sorgaNya Allah Ta’ala.Â
Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin