Imam Az-Dzahabirahimahulloh pernah mengungkapkan : “Sesungguhnya hati-hati ini lemah sedangkan syubhat menyambar-nyambar”.
Sahabat dan kerabat yang mulia. Jika kau percaya bahwa tidak ada manusia yang sempurna, semua orang bisa bersalah, dan kita tak boleh fanatik BUTA kepada manusia biasa. Maka itu tidak hanya berlaku bagi orang lain, tapi juga bagi gurumu saat ini.
Maka, jangan tutup pikiranmu hanya dengan mendengarkan fatwa-fatwa gurumu sendiri saja. Cobalah membuka wawasan pada ilmu dan argumen orang atau guru lain. Karena tak sedikit orang yang meyakini bahwa apa yang diketahuinya adalah satu-satunya kebenaran hingga ia ngotot dan menyalahkan orang lain. Iapun merasa telah berilmu dengan dalil yang kokoh dan tak terbantahkan. Padahal ternyata itu hanya pendapat minoritas ulama saja.
Mungkin ia tidak salah namun ia tak tahu bahwa orang lain juga benar, bahkan mungkin lebih benar.
Sebagian guru menakut-nakuti muridnya agar tak mendengar ilmu dari orang lain dengan mengutip perkataan ulama salaf bahwa syubhat itu menyambar-nyambar dan bisa membahayakan. Perkataan semacam ini benar. Namun jika salah mengaplikasikannya bisa membahayakan objektifitas hati bahkan menimbulkan taqlid dan taashub pada kelompok.
Seharusnyalah setiap kita bisa berpikir dan menggunakan akal yang sehat. Jangan semua yang berasal dari luar kelompok atau pengajian kita selalu dianggap syubhat (kerancuan). Boleh jadi ustadz kitalah yang selama ini menebar syubhat itu. Sehingga kita menjadi pribadi tertutup, gemar meremehkan orang dan selalu berburuk sangka kepada sesama muslim.
Bukankah katanya kita punya tolak ukur kebenaran yang pasti, yakni Al Qur’an dan Sunnah Nabi? Bukankah katanya ada para ulama yang membimbing kita dalam memahami sesuatu? Bukankah setiap kita dianugerahi nurani?
Memang benar bahwa kita harus berhati-hati. Namun hendaklah jangan sampai membuat kita menutup diri, apalagi paranoid dengan saudara sesama ahlussunnah.
Wallahu a’lam
JENDELA NURANI
(Syafei Samarinda )