Daun katu diikat pita
Mari letakan ditepi jalan
Berpantun itu budaya kita
Mari biasakan di pergaulan
Kalaulah daun tali dililit
Daun putih bertutup busa
Membuat pantun tidaklah sulit
Asal berlatih pastilah bisa
Naik kuda di pelananya
Terinjak duri paksa kembali
Tentu ada tehnik caranya
Dalam sehari dijamin ahli
ππππβ€
Berpantun sudah menjadi tren dalam publik speaking saat ini. Hampir semua orang yang berbicara di depan umum menyelipkan pantun. Baik pembawa acara, penceramah, ataupun sekedar pemberi sambutan, semua saling ‘menyorongkan’ pantunnya kepada khalayak.
Ini tentu merupakan hal yang menggembirakan dalam perkembangan seni sastra khususnya sastra lama. Tradisi berpantun yang dahulu kala begitu memasyarakat di bangsa kita, saat ini seolah hidup kembali.
Namun tampaknya perkembangan tradisi berpantun tersebut tidak diiringi dengan perkembangan kemampuan individu masyarakat para pemantun sendiri. Masih sering kita temukan, bahkan ditingkatan pesohor, pemantun yang pantunnya tidak tepat, sehingga tak enak ditelinga.
Ada yang mengulang pantun lama, dan ini sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah karena paling-paling hanya terasa kurang keren saja. Namun ada yang lebih memprihatinkan, yakni yang memaksakan berpantun dengan pantun yang rimanya sangat tidak nyambung.
Hadirin tertawa dan si pemantun tersenyum bangga. Padahal mereka tertawa karena pantunnya aneh bukan karena bagus. He he he
Oleh karena itu, saya rasa perlu diadakan pelatihan cara membuat pantun yangΒ secara khusus. Ya, sekali lagi cara atau trik bagaimana membuat pantun dengan cepat dan mudah. Bukan sekedar belajar teori ilmu sastra tentang pantun.
Kalau hanya teorinya saja, kita bisa mencari di buku-buku pelajaran bahasa dan sastra di sekolah. Atau yang lebih mudah lagi tinggal bertanya sama mbah google. Kita akan diberitahu apa itu definisi pantun, jenis-jenis pantun, syarat-syarat pantun dan aneka teori lainnya.
Apakah setelah membaca buku atau bertanya dengan mbah google lalu kita jadi pandai berpantun?Β Boleh jadi ada yang bisa karena memang sudah punya bakat sastra, namun saya yakin kebanyakan kita tetap saja tidak lihai berpantun meski sudah tahu teori pelajaran (ilmu) soal pantun dari A sampak Z nya.
Bahkan dalam beberapa pelatihan sastrapun saya rasakan kebanyakan pemateri (meski dari kalangn ahli) mereka lebih banyak menyampaikan teori. Sekali lagi teori pelajaran bahasa dan sastra, bukan tehnik praktis bagaimana melatih kemampuan diri dalam membuat pantun.
Padahal kebutuhan kita di ‘lapangan’ bukan untuk menjelaskan definisi , syarat ataupun pembagian pantun. Kita lebih membutuhkan skill yang membuat kita memiliki insting yang kuat dan refleks pikiran yang cepat untuk melahirkan karya pantun, entah tertulis maupun (yang lebih hebat lagi) secaya spontan dengan lisan.
Memangnya ada metode latihan untuk itu? Tentu saja ada dan itu bisa dipelajari oleh siapapun. Paling tidak saya sendiri sudah merasakannya.
Apakah metode itu efektif untuk semua orang?Β Saya tidak berani menjamin seperti itu. Tapi berdasar pengalaman (insya Allah) kemungkinan besar ekselerasi kemampuan dalam membuat pantun kan berjalan lebih cepat.
Anda penasaran dan ingin mencobanya? Khusus pemula yang benar-benar belum bisa membuat pantun saya siap memberikan bimbingan gratis. Ya, gratis untuk sementara ini. Kumpulkan saja 5 sampai 15 orang bikin kelas workshop, patungan untuk konsumsi anda sendiri (syukur kalau dibagi buat saya juga).
Atau karena ini sedang masa pandeni sehingga kita terhalang dengan adanya pembatasan-pembatasan buat berkerumun, maka bisa dilakukan secara online. Bisa nenggunakan aplikasi zoom, atau yang saat ini juga mulai populer adalah sreamyard.
Dan kita berlatih bersama.
Insya Allah sehari berinteraksi (belajar) setelahnya anda akan ketagihan berpantun dengan orang disekeliling anda. Anda akan merasakan bahwa ternyata kalau tahu triknya dan menjalani latihan yang efektif, ternyata membuat pantun itu GAMPANG.
Ambil alu berbahan besi
Alu digunakan untuk berhuma
Jangan malu dan jangan gengsi
Marilah kita belajar bersama
Wallahu a’lam
ππππβ€
CATATAN:
Sebelumnya saya tegaskan bahwa saya ini bukan ilmuan atau akademisi. Saya tidak punya sertifikat, ijazah ataupun pengakuan akademik lainnya dalam ilmu sastra. Bahkan nama saya juga tidak tercantum dalam daftar sastraawan di daerah apalagi nasional.
Saya hanya praktisi yang biasa berpantun dalam pergaulan keseharian saya. Kadang menuliskan pantun untuk kawan maupun tokoh yang akan tampil di panggung. Jadi jangan berharap saya piawai menjelaskan teori bahasa dan sastra.
Bila yang anda inginkan adalah menjadi ahli atau pakar ilmu sastra maka cocoknya bukan dengan saya anda berlatih bersama. Tapi bila ingin bisa berpantun dalam sehari, ayo kita sama-sama berlatih dengan senang dan gembira.
Insya Allah, pagi datang tidak bisa membut pantun sorenya pulang dengan membawa karya.