Sahabat yang budiman… Meski kita berteman, anda tidak harus setuju dengan isi postingan dan tulisan-tulisan saya, demikian pula saya tak wajib menyetujui isi postingan anda. Setiap kita memiliki otak yang berbeda sehingga pendapat bahkan keyakinan sangat mungkin untuk juga berbeda.
Namun dengan perbedaan itu kita tak harus menjadi MUSUH. Kita tetap bisa menjadi teman dan menjalin persaudaraan, selama masing-masing kita bisa menyikapi perbedaan itu dengan santun.
Mengapa harus santun? Ya, karena santun itu adalah cara berkomunikasi yang baik. Sedangkan kasar dan arogan adalah cara komunikasi yang tidak baik dan tidak mengenakan bagi salah satu atau kedua pihak.
Benar bahwa tutur kata santun bukan jaminan bahwa hati seseorang juga baik, namun paling tidak dalam ranah komunikasi dan interaksi sosial kesantunan merupakan bentuk dari adab yang baik pula.
Kurang lebih sama dengan ungkapan, “orang berjilbab belum tentu ahlaqnya bagus”, demikian pula orang santun belum tentu hatinya mulia. Bisa saja jilbab dan kesantunan itu ia gunakan untuk menutupi perilaku dan pemikiran kotornya.
Namun paling tidak orang yang sudah berjilbab (menutup aurat) ia telah memenuhi satu hal dari banyak hal kebaikan yang harus dilakulan. Perkara yang lain tentu lain lagi penilaiannya. Orang santun juga begitu, meski hatinya busuk, minimal satu poin yakni ucapannya sudah baik. Syukur Alhamdulillah jika tutur kata santunnya benar-benar lahir dari kemuliaan hati.
Nah, berkenaan dengan perbedaan keyakinan, pendapat, hingga pilihan hidup, kita sebenarnya tetap bisa berdampingan selama masing-masing pihak bisa menjaga adab dan tidak saling bersikap kasar. Namun jika salah satu atau kedua belah pihak sudah tak mengindahkan lagi adab-adab dalam mengemukakan pendapat, tentu keharmonisan akan susah diperoleh.
Saya sendiri termasuk orang yang tak suka berkonflik apalagi sampai “berbalas pantun” dengan ungkapan yang kasar dan menyakitkan. Jika suatu ketika saya melihat postingan sahabat saya yang tidak saya setujui misalnya, saya lebih memilih membuat postingan sendiri daripada harus merecoki apalagi membantah dengan kasar postingan teman tadi.
Dengan begitu saya berharap tidak terjadi “benturan” yang tidak perlu. Jikapun harus mengemukakan argumen berbeda, mending kita menulis sepuas-puasnya di wall masing-masing. Silahkan teman-teman kita menilai mana yang lebih benar dan masuk akal.
Jadi, pertemanan tak harus menyebabkan kita takut berpendapat beda di satu sisi, namun di lain sisi perbedaan juga jangan menjadi sebab dan alasan untuk saling menghina dan mencaci maki.
Wallahu a’lam