Salah satu kesalahfahaman tentang pengobatan ruqyah adalah anggapan kebanyakan orang bahwa ruqyah hanya digunakan untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh gangguan mahluk halus (jin) saja. Padahal bukan seperti itu. Ruqyah juga ampuh dan efektif digunakan untuk mengobati penyakit fisik. Ruqyah sendiri berarti jampi-jampi atau mantera mantera yang dibacakan untuk mengobati suatu penyakit, apakah penyakit itu merupakan penyakit medis maupun non medis.
Dalam sejarah Islam pernah diceritakan tentang Rombongan sahabat Rasulullah yang kehabisan air minum dan berada di salah satu kampung Arab. Penduduk kampung tersebut menolak untuk memberikan air dari sumur mereka kepada sahabat Rasul. Kebetulan tak lama setelah itu ada seorang pemuka suku mereka yang sedang keracunan. Mereka kemudian me-ruqyah orang tersebut dengan bayaran boleh mengambl air dari sumur suku Arab tersebut. Bahkan para sahabat Rasul dijamu oleh mereka. Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari (Hadits no:2276) dan Imam Muslim (Hadits no:2201).
Dalam sebuah hadits diriwayatkan Dari Aisyah -radhiallahu anha- dia berkata bahwa: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengizinkan ruqyah dari sengatan semua hewan berbisa.” (HR. Al-Bukhari no. 5741 dan Muslim no. 2196)
Nah, hadits ini jelas dan gamblang menerangkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam mencontohkan ruqyah untuk mengatasi segatan hewan-hewan berbisa. Ini bukti bahwa penyakit fisik juga bisa ditangani dengan menggunakan ruqyah.
Salah satu jenis penyakit fisik yang bisa diobati dengan ruqyah adalah sengatan Kala Jengking. Sebagaimana diketahui kala jengking merupakan hewan yang memiliki bisa yang sangat mematikan. Dengan sengatannya yang beracun, ia bahkan bisa membunuh manusia yang ukurannya ratusan kali lipat dari ukuran tubuh Kala Jengking sendiri.
Dalam hadits lain Dari Jabir -radhiallahu anhu- dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melarang melakukan ruqyah. Lalu datang keluarga ‘Amru bin Hazm kepada beliau seraya berkata; ‘Ya Rasulullah! Kami mempunyai cara ruqyah untuk gigitan kalajengking. Tetapi anda melarang melakukan ruqyah. Bagaimana itu? ‘ Lalu mereka peragakan cara ruqyah mereka di hadapan beliau. Maka beliau bersabda: ‘Ini tidak apa-apa. Barangsiapa di antara kalian yang bisa memberi manfaat kepada saudaranya maka hendaklah dia melakukannya.” (HR. Muslim no. 4078)
Jadi jelaslah bahwa ruqyah tidak identik dengan mahluk halus saja, namun juga efektif digunakan untuk penyembuhan penyakit-penyakit fisik. Selain kemuiaan dan mukjizat yang terdapat dalam ayat-ayat qur’an, bacaan ruqyah tentu juga secara langsung menyentuh pikiran bawah sadar dan memberikan sugesti positif kepadanya.
Selain itu penelitian-penelitian yag dilakukan oleh banyak ilmuan membuktikan bahwa kalimat-kalimat yag “baik” akan memberikan energy positif. Hingga segelas air yang kepadanya dibacakan kalimat-kalimat yang baik (Kalimat Thayyibah) pun akan membentuk unsur-unsur yang positif dalam ‘molekul’ air tersebut.
Dan sebagai seorang Muslim tentu kita meyakini bahwa sebaik-baik perkataan adalah kitab (firman) Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk yang dibawa oleh Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Salam. Hal ini berdasaran Hadits Rasulullah yang diriayatan oleh imam Muslim.
Nah, dengan demikian secara ilmiah (mungkin) kalimat yang terbaik untuk memberikan pengaruh positif kepada air atupun materi seperti tubuh manusia yang juga mengandung zat air adalah dengan dibacakannya kalimat Thayyibah (kalimat yang baik) yakni Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam.
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran.” (QS. Az Zumar: 23)
Dalam Hadit disebutkan: “Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan dengan huruf itu, dan satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidaklah mengatakan Alif Laam Miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR.Tirmidzi)
Kebaikan bisa berbentuk pahala bisa pula berbentuk pertolongan dari musibah ata bahkan kesembuhan dari penyakit yang berat sekalipun.
Wallahu a’lam
Abdillah Syafei