Poligami (Ta’addud Az-Zaujaat) tampaknya memang merupakan syari’at Allah yang memiliki banyak ‘musuh’ baik musuh yang terang-terangan maupun ‘Musuh dalam Selimut’ yang dari dalam menikam. Musuh dari luar, yakni mereka yang nyata-nyata berpandangan negatif dan membuat pernyataan-pernyataan menentang jelas dapat dihadapi langsung oleh para pembela syari’at. Namun penentang syari’at yang secara halus melakukan pembusukan dari dalam adalah lebih berbahaya lagi dan sering luput dari kewaspadaan.
Musuh dalam selimut ini umumnya adalah mereka yang secara keilmuan dan pemahaman sebenarnya sadar bahwa poligami benar-benar syari’at Allah. Ia tak mungkin mengingkari ‘sunnah’ Rasulullah dan para sahabat beliau ini. Namun hawa nafsu dan kecintaan mereka kepada suami (jika ia wanita) melebihi kecintaan kepada Allah menyebabkan para musuh dalam selimut umat Islam melakukan ‘pembunuhan karakter’ terhadap ‘si Poligami’ dengan berbagai cara.
Dan diantara cara paling mudah menanamkan ‘imej’ negatif poligami ke dalam MEMORI bawah sadar umat Islam adalah melalui cerita-cerita bohong yang dikemas sedemikian rupa. Dibuatlah karya-karya sastra seperti novel dan cerpen yang mengisahkan penderitaan para pelaku poligami, terutama penderitaan para wanita pelakunya. Pembuatnya siapa lagi, selain para penulis terkenal yang selama ini karya-karya mereka terkesan Islami dan membela kaum muslimin. Bahkan cerita-cerita itu kemudian dijadikan flm agar lebih booming dan lebih banyak mempengaruhi nalar masyarakat.
Coba kita pikirkan dengan akal yang jernih, jika benar mereka menghasilkan karya yang Islami, untuk apa mereka membuat kisah yang isinya menyuguhkan penderitaan demi penderitaan pelaku poligami? Tentu untuk menggambarkan kepada masyarakat bahwa poligami itu berbahaya, bisa merusak kebahagiaan keluarga dan mendatangkan aneka mudharat.
Saya mengamati, ada beberapa penulis yang dalam beberapa karyanya selalu mengarahkan persepsi pembaca mereka kepada kesimpulan bahwa poligami adalah jalan yang buruk. Malah ada seorang penulis terkenal yang sering dipuja dan dipuji oleh masyarakat muslim, namun dalam ceritanya ia tetap menggambarkan begitu buruknya poligami. Dan dalam statementnya di media ia menyampaikan ‘fatwa’ yang terkesan membela poligami namun sebenarnya melakukan penyesatan logika. Dia mengatakan bahwa poligami itu adalah “Pintu Darurat” bagi masalah rumah tangga.
Penyebutan pintu darurat mengesankan bahwa orang yang berpoligami hanyalah orang-orang yang sedang bermasalah. Padahak kalau berdasar ajaran Allah dan Rasulullah, justeru orang yang berpoligami itu haruslah orang yang tidak bermasalah. Orang yang mampu berlaku adil dan mengayomi keluarganya sehingga alangkah baiknya jika ia memimpin beberapa istri dan anak. Adapun orang yang dinilai masih ‘bermasalah’ hingga dikhawatirkan tidak bisa berlaku adil, maka ia sebaiknya menikahi satu perempuan saja.
Ini merupakan masalah besar yang tak disadari oleh para pemuja tokoh ini yang kebanyakan (bisa dipastikan) adalah orang Islam.
Argumen semacam ini (yang sama-sama merupakan penyesatan) jauh hari juga sudah banyak dilakukan orang. Entah sengaja ataukah tidak, namun kesalahan dalam memahami makna poligami telah menyebabkan efek samping yang buruk terhadap pemahaman umat tentang model rumah tangga Rasulullah dan para Sahabat beliau ini.
Diantara argument yang terkesan membela poligami namun sebenarnya merupakan pembusukan dan pencorengan citra adalah argument berikut:
1) Poligami adalah untuk menolong janda tua dan miskin, karena dulu Rasulullah juga mengawini janda tua dan miskin. Hanya Aisyah seorang yang dinikahi dalam keadaan perawan dan masih muda serta cantik.
Akibatnya, ketika ada orang yang ingin menolak poligami, atau ingin mencela pelaku poligami, mereka akan berkata: “Nikah kok sama perawan” atau “Nikah kok sama yang cantik,” atau juga “Nikah kok sama perempuan yang berharta,” Lalu dilanjutkan dengan kalimat pamungkas: “Sana, nikah sama wanita tua, miskin dan janda..! Begitu kalo mau mengikut Rasul…!”
Padahal, kenyataannya tidak seperti itu… Betul bahwa Aisyah adalah istri Nabi yang dinikahi dalam keadaan perawan, namun tidak benar bahwa istri-istri nabi semuanya janda tua dan miskin. Kitab-kitab tarikh (sejarah) meriwayatkan bahwa dari sekian banyak istri nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi was alam, hanya Saudah yang berusia tua. Adapun yang lainnya, selain masihmuda-muda, cantik-cantik, juga dari keturunan terhormat di masyarakat mereka.
2) Poligami adalah solusi ketika seorang wanita tidak bisa melayani suami lagi karena sakit atau sudah uzur. Makanya Islam mengijinkan poligami sebagai solusi atas permasalahan umat.
Argumen ini terkesan sangat membela poligami. Namun sebenarnya ada akibat buruk tersembunyi yang dihasilkan oleh penanaman argument yang tanpa dasar seperti ini. Jika kita mau berpikir jernih, tentu argument ini sangat tidak masuk akal. Istri saya yang seorang ibu rumah tangga lulusan SMA saja bisa membantahya. Logikanya begini… Kira-kira lelaki macam apa yang seandainya sang istri tengah sakit dan butuh perawatan serta keberadaan suami, eh sang suami malah kawin lagi dan harus membagi hari dengan wanita lain?
Kata istri saya: justeru kalau lelaki ingin berpoligami lebih baik saat istri terdahulu dalam kondisi segar bugar, sehat serta bahagia sehingga kehadiran adik madu menjadi penambah kebahagiaan, bukan penyebab penderitaan.
3) Poligami adalah solusi ketika seorang istri tidak bisa memberikan keturunan kepada suaminya.
Sama seperti alasan nomor 2 diatas, argument inipun masih kurang pas dan tidak bisa diterima pada banyak kondisi. Kecuai keinginan memiliki anak dari sang madu tersebut lahir dari hati nurani sang istri pertama, mungkin ini bisa diterima. Namun jika ini hanya keinginan si suami tanpa berkompromi dengan istri terdahulu, justeru bisa menimbulkan kecemburuan dan jatuhnya harga diri sang istri yang (maaf) mandul.
Kembali kepada cerita-cerita bohong yang dikemas dalam novel dan film yang terkesan Islami. Modus penyesatan logika ini sebenarnya juga tengah terjadi. Dan ini sangat membahayakan hingga ke wilayah aqidah umat Islam. Sama bahayanya dengan film-film horor yang menyuguhkan tahayul tentang seorang kiyai yang menggunakan biji tasbih atau selendangnya memukul hantu dan mengeluarkan ledakan seperti petir. Terkesan mengagungkan nilai Islam padahal menyesatkan pemahaman terhadap Islam sendiri.
Hal sejenis inilah yang bakal terjadi dari pembuatan cerita-cerita yang dikemas terkesan Islami namun menggambarkan kesan buruk dari syari’at Allah, dalam hal ini Ta’addud Az-Zaujaat. Syari’at yang terang benderang memang disebutkan dalam Al-Qur’an dan dipraktekka
n oleh Rasulullah, para Sahabat, serta orang-orang shalih pada generasi awal Islam.
n oleh Rasulullah, para Sahabat, serta orang-orang shalih pada generasi awal Islam.
Para penentang syari’at itu tahu bahwa jika mereka secara vulgar melakukan penolakan terhadap poligami, selain mereka akan dengan mudah dibantah oleh para da’i ilallah, mereka juga akan kehilangan nama baik sebagai penulis dan tokoh yang menghasilkan karya-karya ‘relijius’. Padahal selain mendapat sanjungan dan pujian di bidang itu, mereka juga mencari hidup dari ghirah beragama umat Islam.
Mereka boleh jadi berdaih bahwa apa yang mereka muat dalam cerita-certa fiksinya adalah berdasarkan pengalaman nyata orang disekeliling mereka, terinspirasi kisah nyata, dan lain sebagainya. Paling tidak ada dua hal yang harus kita soroti dari alasan ini.
PERTAMA; bisa dipastikan bahwa kisah nyata yang mereka jadikan inspirasi adalah bukan kisah Ta’addud Az Zaujaat yang sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Namun (sekali lagi) sadar atau tidak mereka telah mengena-ngenakan dengan praktek poligami (ta’addud) yang syar’i. targetnya tercapai, akan banyak yang bilang kepada wanita yang menjalani ta’addud syar’i: “Ah, ikhlas di mulut… Di hati pasti menderita…” Dalilnya? Film anu karya tokoh anu… Tuh..!!!
KEDUA: Kalau benar mereka menganggap poligami itu ada yang bahagia dan ada yang menderita… Lalu mengapa hanya yang menderita yang selalu diulang-ulang sebagai topik cerita? Kenapa tak mengangkat poligami “SUKSES” agar orang banyak belajar tentang syari’at yang benar dan bisa turut mensyi’arkan sunnah Rasulullah? Bukankah mensyi’arkan agama besar pahalanya? Kok ini malah menyiarkan kondisi kasuistik tentang ‘kegagalan’…Sudah itu cerita BOHONG (Khayalan) pula.
Oleh sebab itulah, saudaraku sesama muslim, mari kita waspada dengan aneka tipu daya musuh-musuh agama, baik mereka yang menjadi musuh agama dengan sadar, maupun yang karena memiliki salah pemahaman dan terjebak dalam penentangan terhadap syari’at. Karena tipu daya Iblis dan bala tentaranya sedemikian halus dalam menyesatkan manusia. Tak jarang keburukan dibungkus dengan kemasan yang indah dan terkesan islami. Sebaliknya begitu banyak kebaikan yang terfitnah dan dirusak ‘nama baik’ nya sehingga terkesan salah dimata umat.
Al-Qur ‘an sebenarnya telah mengingatkan kita: “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syetan-syetan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (QS Al-An’am 6: 112).
Astagfirullah, berhat-hatilah kita dalam melakukan sesuatu. Jangan-jangan yang kita anggap baik ternyata dalah jebakan syaithan yang telah membisikkan hal-hal yang terkesan indah namun sejatinya menipu manusia. Gara-gara itu lalu banyak orang yang tersesat…na’udzubillahi min dzalik.
Apalah lagi jika dengan sengaja berusaha mengingkari hingga menghalang-halangi manusia agar tidak mengikuti ajaran agama dengan jalan menciptakan kesalahfahaman terhadap syari’at. Sungguh itu adalah makar yang sangat besar terhadap Islam dan pelakunya bisa terlempar pada kehinaan.
“Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 8-9).
“Apabila dikatakan kepada mereka; marilah kamu ( tunduk ) kepada hukum yang Allah telah turunkan kepada rasu-Nyal” niscaya kamu lihat orang orang munafik menghalangi manusia dengan sekuat kuatnya dari mendekati kamu” (Annisa: 61)
Saudaraku, mari kita berhati-hati, karena pengikut Iblis yang bernama syaithan itu tidak hanya berupa jin (mahluk ghaib) namun juga ada yang berwujud manusia. Yakni orang-orang yang dengan berbagai cara berusaha memalingkan manusia dari jalan kebenaran, termasuk tentunya menciptakan imej negative terhadap syari’at mulia yang sebenarnya diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kita prihatin karena (sekali lagi; entah sadar atau tidak) ternyata cukup banyak orang yang sebenarnya dari segi ketokohan sangat banyak dikuti orang, dipuja-puja sebagai pendakwah bahkan menjadi ikon bagi dakwah itu sendiri, namun secara halus menggembosi pelaksanaan hukum Allah di muka bumi ini.
Semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka agar terlepas dari tipudaya SYAHWAT dunia, kembali ke jalan yang benar dan melindungi kita dari SYUBHAT yang menipu… Aamiin. Bukankah para ulama sudah mengingatkan bahwa SYAHWAT dan SYUBHAT adalah dua hal yang menyesatkan manusia?
Samarinda, 26 Juli 2015
*) Bagi yang sependapat dengan tulisan ini silahkan dicopas. Bagi yang tak sependapat dan ingin membantah silahkan bikin postingan sendiri tanpa harus mengotori kolom komentar dengan caci maki.