Sungguh sangat kagum rasanya, dengan ketawadu’an para ulama salaf (jaman dulu). Saat mereka menyadari ada kesalahan dalam fatwa-nya, mereka tak malu untuk menarik fatwa tersebut dan menggantinya dengan fatwa baru yang lebih benar.
Berbeda dengan ‘banyak’ orang jaman sekarang (bahkan yang bukan ulama), selain bermudah-mudah dalam mengeluarkan fatwa, mereka gengsi untuk mengakui kesalahan fatwanya hingga dicarikanlah seribu satu dalih untuk membenarkan fatwa tersebut.
Dan sekiranyapun dia menyadari bahwa fatwanya salah, mereka masih tetap tinggi hati sehingga tak mau mengeluarkan pernyataan bahwa fatwa terdahulu itu salah. Padahal fatwa yang salah, apalagi fatwa yang berisi vonis tentang sesuatu yang berhubungan dengan HALAL dan HARAM atau SYIRIK dan IMAN akan memiliki konsekuensi yang teramat berat sekiranya fatwa tidak ditarik dan si mufti tak bertaubat darinya.
Tapi itulah manusia, tak terkecuali para ahlul ilmi, semua bisa digoda oleh Iblis untuk mengingkari kebenaran baik dengan terang-terangan maupun dengan sebunyi-sembunyi dan kepura-puraan. Hanya mereka yang ikhlas karena Allah yang berani mengakui kesalahan dan merubah (meninggalkan) kesalahan tersebut.
Bahkan sungguh sedih hati ini, ketika sebagian orang-orang tsiqoh memberikan informasi bahwa ternyata ada manusia yang karena ingin membenarkan kesalahannya, kitab para ulamapun dirubah dan dipalsunya. Wallahu musta’an.
Semoga Allah melimpahkan kerendahan hati kepada saya dan anda, sehingga kita menjadi hamba-Nya yang tak malu mengakui kesalahan, yang selalu berjalan di atas jalan kebenaran dan hidup dalam hidayah-Nya.. Aamiin
21/1/2016
JENDELA NURANI
(Abdillah Syafei)