Baik mendidik maupun mengajarkan (melatih) sebuah keterampilan itu memerlukan metode yang khusus dan unik. Ya, unik karena tiap keterampilan punya metodenya masing-masing. Tidak bisa disamakan.
Orang yang memiliki sebuah keahlian tidak menjamin bahwa ia serta merta bisa menularkan atau mendidikan keahlian tersebut kepada orang lain, bila metodenya tidak tepat.
Apalagi bila kita bicara ekselerasi (percepatan) pencapaian hasil pelatihan atau pembelajaran tersebut. Mungkin saja seseorang yang ahli dalam sebuah keilmuan akan bisa mengajarkan ‘ilmunya’ kepada orang lain, namun biasanya membutuhkan proses yang lama dan panjang.
Berbeda dengan mereka yang memiliki ilmu khusus sebagai instruktur. Ia cenderung bisa melatih atau mengajarkan keterampilan dengan waktu dan energi yang lebih efektif. Mengapa? Karena ia memilik metode yang juga khusus dalam mengajar.
Dengan metode yang tepat, suatu keahlian/keterampilan akan bisa ditransfer dikuasai oleh orang yang dilatih dengan lebih cepat.
Mungkin sahabatku yang seumuran, dulu kita belajar mengaji (membaca huruf Arab) dengan metode Baghdadiyah (Alifan). Butuh bertahun-tahun untuk bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan makhraj dan tajwidnya. Namun di kemudian hari kita mengenal beberapa metode baru yang diciptakan oleh para ahli guna pembelajaran yang lebih cepat dan efektip.
Metode Iqro’ misalnya. Dengan metode yang diciptakan oleh KH. As’ad Humam ini bisa ditarget antara 3 bulan hingga 6 bulan belajar santri sudah bisa membaca dengan makhraj dan tajwid yang bagus.
Juga beberapa metode modern lainnya juga bermunculan menambah alternatif pilihan cara pembelajaran membaca tulisan Arab (Al Qur’an) dengan lebih cepat. Metode Barqy, An-Nahdhiyah, Qiro’ati, Yanbu’a, dan lain sebagainya.
Metode efektip lahir dari pengalaman seorang pengajar atau pelatih dalam menganalisa apa yang sudah ia lakukan dalam pengajaran. Dengan pengalamannya mengajar/melatih ditemukanlah hal-hal penting yang harus dilakukan dalam melatih dan hal-hal mana yang perlu ditinggalkan karena tidak efektip.
Makanya seorang juara tinju dunia seperti Mike Tyson membutukan pelatih. Padahal sang pelatih sendiri belum tentu bisa menang kalau diadu bertarung melawan sang juara dunia tersebut.
Lalu dimana kelebihan sang pelatih? Kelebihan dia adalah kemampuannya menerapkan metode latihan yang bisa membentuk keterampilan dan ketangguhan sang anak binaan dengan lebih cepat dan efektip.
Jadi mengajar, melatih, dan mendidik itu memerlukan ilmu tersendiri selain ilmu apa yang ingin diajarkan. Itulah ilmu atau metode melatih yang dirancang khusus untuk membangkitkan potensi mereka yang diajari dengan lebih cepat.
Wallahu a’lam