Selalu ada sikap TERBAIK dalam merespon apapun di dunia ini. Sikap terbaik artinya sikap yang paling tepat. Dan yang tepat pada suatau keadaan bisa jadi tidak tepat pada keadaan lain.
Ada kalanya kelembutan adalah hal yang tepat terhadap sesuatu atau keadaan, dan ada kalanya ketegasan merupakan sikap terbaik untuk sesuatu atau keadaan yang lain.
Semua tentu ada ilmunya dan ilmu itu harus dipelajari dari ahlinya. Makanya kita tak boleh menentukan sesuatu itu baik ataukah buruk hanya dengan perasaan sendiri. Kecuali kita adalah ahli/pakar di bidang tersebut. Itupun alangkah eloknya bila memperhatikan pendapat ahli yang lain. Siapa tahu kita khilaf.
Kalau ia soal adat maka ukurannya adalah kebiasan dan nilai di komunitas, suku atau kelompok kita. Penuntunnya tentu tokoh adat atau para tetua.
Kalau bicara soal medis, maka tempat bertanya dan meminta bimbingan adalah para dokter dan ahli pengobatan yang berkompeten di bidangnya.
Demikan pula soal agama, maka yang pantas memberikan bimbingan, nasihat dan fatwa tentu adalah para ulama. Merekalah yang memahami urusan agama.
Bagaimana bila para ahli berbeda pendapat? Mana yang harus kita ikuti? Maka ikutilah mereka yang lebih kita yakini kompetensinya.
Kalau saya pribadi memilih mengikuti para ahli, pakar atau ulama yang mayoritas. Karena secara logika pendapat banyak ahli tentu memiliki kemungkinan salah lebih kecil.
Kalaupun apa yang kita ikuti itu ternyata masih belum paling tepat, maka kita sudah berusaha maksimal. Dan Allah tak menuntut di luar batas kemampuan kita.
Wallahu a’lam
(30 oktober 2020)