Membuat status relijius bukan lantaran kita ingin disanjung sebagai orang alim atau orang shalih. Sebagaimana juga di dunia nyata, bersikap santun, ramah dan berkata yang baik bukan lantas hanya karena kita ingin dianggap orang baik.
Sungguh semua itu adalah usaha dan perjuangan untuk menjadikan diri lebih baik. Paling tidak adalah bagaimana kita berusaha supaya status yang kita tulis membawa nuansa dan pengaruh yang positif bagi diri kita sendiri. Syukur-syukur jika kemudian orang lainpun bisa mengambil hikmah dari status kita.
Saudaraku… setiap orang pasti memiliki kecenderungan dalam menulis. Seorang pedagang mungkin dia akan memiliki perhatian khusus soal ekonomi, seorang guru akan memiliki ketertarikan dengan soal-soal pendidikan. Seorang polisi boleh jadi ia suka membahas soal keamanan. Seorang seniman tentu akan memiliki kecenderungan memposting hal-hal yang tak jauh dari profesi dan hobinya.
Ya, memang tak selalu (pasti) seperti itu. Namun tak sedikit pula yang seperti itu karena kecenderungan jiwanya. Dan itu sangat masuk akal.
Kecenderungan-kecenderungan manusia dalam hidupnya, termasuk dalam membuat status sangat mungkin berbeda antara satu dengan lainnya. Ada yang selalu menulis soal cinta, saham, gosip artis, perdukunan, sulap, pemerintahan dan aneka bidang lainnya – sekali lagi- sesuai dengan minat masing-masing orang.
Oleh karenanya tak layak kita mencela orang lain dengan kecenderungan dan kesenangan mereka masing-masing. Kecuali bila kesenangan tersebut merupakan hal negatif, melanggar hukum, ataupun membahayakan orang banyak. Itupun hanya sebatas kita ‘tidak menyukainya’ bukan melakukan ‘agresi’ dan intervesi untuk melakukan konfrontasi.
Terlebih ketika yang ditulis oleh sahabat FB kita adalah hal -hal positif seperti soal agama dan keluhuran budaya. Jangan sampai dianggap sok alim, sok bijak ataupun celaan lainnya yang sangat tendensius serta penuh prasangka buruk.
Soal niat dan maksud seseorang dalam menulis kita tak bisa melihat. Yang bisa kita lihat dan nilai hanyalah zahir alias fakta nyatanya. Ketika yang ditulis itu sebuah kebaikan, ia tetap menjadi kebaikan yang bisa membuat orang lain lebih baik meski boleh jadi tak membawa manfaat bagi diri si penulis sendiri.
Namun tentunya kita semua berharap bahwa kebaikan yang disebarkan di dunia maya ini sekalipun membawa manfaat bagi kehidupan nyata kita. Baik untuk dunia maupun akhirat kita… Aamiin
Mohon selaksa maaf atas salah dan khilaf…
31/12/2013
JENDELA NURANI