Pernahkah saya salah faham dan salah duga? Pernahkah saya salah mengambil sikap? Pernahkah saya salah dalam berucap dan bertindak? Lalu tersadar, sementara diri sudah terlanjur koar-koar?
Tentu saja… Saya pernah salah. Saya pernah terlanjur ngotot bahkan jumawa, padahal apa yang saya pertahankan ternyata adalah sebuah kebodohan dan kesalahan.
Meskipun sungguh kesalahan itu bukan sebuah kesengajaan, namun lahir dari ketidaktahuan. Namun memang, untuk mengaku salah dan merubah posisi masuk dalam kebenaran tak semudah membalik telapak tangan. Ada GENGSI yang bisa menghambat perubahan.
Saudara… Setiap kita pernah salah. Setiap kita pernah tergelincir. Bahkan setiap kita mungkin pernah terjatuh dalam kekonyolan. Oleh karena itu, jangan pernah merasa ragu untuk bangkit dari kesalahan dan merubah sikap menjadi lebih baik.
Malu dicemooh orang? Tak masalah, itu wajar. Karena malu memang bagian dari iman. Namun jangan sampai rasa malu itu menghalangi langkah kita untuk beranjak dari area kesalahan menuju wilayah kebenaran. Tidak ada kata terlambat, selagi Sang Maha Benar masih memberi kesempatan.
Ya, kesadaran dan hidayah yang sudah Dia tiupkan ke dalam sanubari kita adalah bukti Kasih SayangNya yang tak ingin kita tersesat jalan. Mari sambut kasih sayang itu dengan mengerahkan seluruh keberanian yang ada.
Keberanian menyesali kesalahan, keberanian meninggalkan kesalahan dan keberanian memasuki era atau wilayah kebenaran. Jangan hiraukan celaan. Jangan perdulikan hinaan. Jangan mundur oleh gengsi, harga diri dan tipuan kehormatan.
Karena kemuliaan, gengsi dan kehormatan sejati adalah saat kita benar-benar hijrah meninggalkan kesalahan lalu istiqomah dalam kebenaran.
Wallahu a’lam