Kita kadang mencela meremehkan orang lain. Ya, kita seringkali memvonos orang yang mengerjakan sesuatu pasti tidak mengerjakan bidang lainnya. Misalnya?
Ada sahabat kita gencar posting promo dagangannya di FB (medsos) lalu kita sinis berkata: “nggak modal amat, promo kok cuma di medsos gratisan!” Padahal kita tidak tahu bahwa ia ternyata rajin beriklan di koran, bagi selebaran dan mungkin aneka media lainnya,’
Atau ketika ada saudata kita yang unjuk rasa (konstotisional), lalu kita nyinyir: “Bisanya cuna teriak-teriak di jalan. Bina tuh umat agar faham syari’at sehingga mereka tanpa demo pun akan menjauhi kemaksiatan.” Padahal kita tak pernah melihat jika ternyata mereka sudah membuat berbagai kegiatan dakwah, tarbiyah dan pembinaan kepada umat.
Di lain hal lagi ada para da’i yang rajin berdakwah di dunia maya, membuat postingan artikel-artikel keagamaan dan notivasi. Lalu kita cela dia: “Buat apa bikin tulisan-tulisan di media sosial. Tuh masyarakat perlu dakwah nyata, perlu pendidikan dasar agama. Padahal ternyata para penulis itu setiap hari waktunya banyak dihabiskan mengajar dan berdakwah ke masyarakat awam. Bahkan terkadang hingga pelosok kampung dan pedalaman yang kita tak pernah membayangkan tingkat kesulitannya.
Ya, itulah naluri.manusia bila tak suka berbaik sangka. Selalu apriori dengan kebaikan yanh dilakukan oleh orang lain. Padahal, seandainya orang yang kita cela itupun benar hanya fokus di satu bidang yang digelutinya, tetaplah kita tak layak untuk mencelanya. Karena mang setiap kita memiliki keahlian dan bidang dakwah masing-masing.
Apalah lagi jika kitapun tak lebih berperan dibanding orang-orang yang kita hina.
Wallahu a’lam
JENDELA NURANI
(Abdillah Syafei)