“Bumi itu bulat” ungkapan ini silahkan mau diartikan secara fisik (zahir) ataukah mau diartikan secara majasi (perumpamaan). Secara hakiki atau secara fisik mau tidak mau harus kita akui bahwa manusia tidak sepakat soal bulatnya bumi. Sehingga disamping adanya teori bumi bulat timbul pula teori “bumi datar” dan pengikutnya cukup banyak hingga hari ini.
Terlepas dari kontrofersi yang sudah berlangsung berabad-abad tersebut, secara kiasan saya sangat setuju dengan ungkapan “Bumi itu bulat”. Yakni diartikan sebagai ungkapan filosofis yang positif dalam memotivasi optimisme hidup.
Dari ungkapan ini bisa diambil makna nasihat bahwa kita tidak boleh berputus asa dalam hidup ini. Dimana bila saat ini kita sedang susah atau berada di bawah yakinlah bahwa bumi yang bulat dan berputar akan menyebabkan suatu waktu yang di bawah itupun bisa berada di atas.
Demikian pula yang saat ini tengah berjaya dan berada di atas, janganlah sombong dan angkuh. Bumi yang bulat dan berputar bisa saja mengantarkan yang di atas untuk turun ke posisi bawah.
Dari sudut pandang yang lain lagi. Bumi bulat menjadi motivasi bahwa tidak boleh ada kata menyerah. Bumi yang bulat menyebabkan ia tidak memiliki tepi. Selalu ada tempat berpijak, bila kita tidak diterima atau disingkirkan dari suatu tempat.
Ya, jangan pernah sedih atau kecewa bila anda tidak dianggap di suatu tempat. Bahkan saat anda disingkirkan sekalipun anda tidak perlu merasa kehabisan tempat. Masih banyak tempat lain yang bisa anda jelajahi. Bahkan boleh jadi di tempat lain itu anda lebih berguna dan diharapkan oleh orang lain.
Jangan pernah terlalu merasa sedih saat direndahkan. Karena bumi ini tidak bertepi, sehingga anda bisa saja berpindah ke tempat lain, bergaul dengan komunitas lain, bahkan mendapat penghargaan yang lebih tinggi di tempat lain.
Filosofis bumi bulat memberi ruang untuk kita bergerak ke berbagai penjuru dengan leluasa dan tanpa khawatir kehabisan harapan. Wallahu a’lam