Bila dengki sudah bersemayam di hati, orang diam saja bisa disangka merencanakan agresi. Bahkan meski kau tak meladeni pancingan untuk konfrontasi pun tetap dicurigai mempersiapkan aksi.
Ya, dengki memang tak bisa ditebak rumusnya. Ia selalu tak masuk logika. Karena para pendengki memang kehabisan akal sehat dan adab mulia. Hari demi harinya hanya dihabiskan untuk memuaskan nafsu angkara dengan cara membuat orang lain malu atau menderita.
Mereka kehilangan hati nurani. Perasaan nya kering dari empati. Hanya ada nafsu dan ambisi, bagaimana memuaskan hati. Meski harus menyakiti, dan membuat fitnah serta manipulasi. Bahkan tak mustahil hingga menjual murah ayat suci.
Padahal apa yang sudah diperbuat oleh pendengki ternyata jauh lebih hina dan keji. Apa yang dia tuduhkan kepada orang lain semua ada pada dirinya sendiri. Menuduh orang lain intoleran padahal ia sendiri menebar kebencian. Menuduh intimidasi padahal dia sendiri melakukan persekusi. Menuduh orang lain jahat padahal dia sendiri melakukan perbuatan bejat.
Pendengki juga sering tak tahu terimakasih dan tak pandai membalas budi. Seperti kita menolong anjing yang terjepit, setelah dibantu kitalah yang digigit. Apa yang telah dilakukan orang untuknya bahkan keluarganya, dianggap sesuatu yang tiada artinya. Hanya karena isu yang belum pasti, ia sudah menuduh dan memaksakan vonis tanpa hati nurani. Tak mau dia mendengar alibi dan pembelaan diri. Tidak mau tahu penjelasan dan klarifikasi.
Pokoknya semua orang selain dirinya harus salah dan disakiti.
Wallahu a’lam
2017
2017