Bertoleransi adalah sebuah keharusan jika kita ingin hidup aman, damai dan saling mengasihi. Tapi yang namanya toleransi itu harus dilakukan oleh semua unsur yang ada dalam interaksi sosial dimaksud.
Toleransi itu juga terjadi antara kebaikan dengan kebaikan, bukan dengan kejahatan. Kecuali pelaku kejahatan itu sudah bertaubat dan menyesali kejahatannya, maka ia sedang berproses menjadi baik, dan itu harus mendapat toleransi bahkan dukungan.
Kadang narasi sesat yang disampaikan pendukung kejahatan itu aneh. Ketika si penjahat melakukan aksinya bahkan dengan terang-terangan, mereka diam seribu bahasa. Namun ketika orang-orang baik bereaksi atas tindakan jahat, eh mereka malah berkata:
“Jangan terprovokasi, tetap tenang dan sabar,”
Aneh kan? Ketika perbuatan jahat merajalela mereka diam, ketika kebaikan melawan mereka bereaksi seakan menghalang-halangi. Apa maksudnya ini, kalau bukan ingin menyuruh suara kebenaran bungkam dan melindungi kejahatan agar tetap berlangsung?
Bila orang-orang baik disuruh bertoleransi kepada penjahat dan kejahatannya, sementara penjahat dimaklumi dan dibiarkan berbuat buruk kepada siapapun, maka itu namanya bukan toleransi, tapi penistaan dan pelecehan terhadap hukum dan keadilan.
Dan faktanya seringkali kedamaian itu hilang bukan lantaran tidak adanya penegakan hukum, tapi karena hukum ditegakan dengan tidak adil. Itu yang sering kita tonton di film India yang banyak ditayangkan TV swasta tahun 90-an. Wallahu a’lam
gambar hanya ilustrasi