Hari ini berkesempatan ikut buka puasa bersama di rumah pak Racmadansyah. Bakda magrib dilanjutkan dengan pembagian bingkisan kepada anak yatim dan dhuafa. Terenyuh hati menyaksikan sebagian dari anak-anak tersebut masih berusia benar-benar belia. Masih balita tampaknya, namun terlihat wajah mereka begitu tegar.
Mereka berbaris rapi dan disiplin, sesuatu yang saya rasa sulit untuk didapati pada anak-anak/balita sewajarnya. Mungkin terbiasa dibina dengan disiplin di panti asuham pikir saya tadi. Bergetar perasaan membayangkan anak sekecil itu, yang seharusnya cenderung tidak bisa dikendalikan, bermain semaunya, ini tampak disiplin dan rapi.
Bagus sih. Saya tidak menganggap buruk sikap tertip dan disiplin. Justeru itu adalah yang sangat bagus bahkan membanggakan. Namun di sisi yang lain saya merasa ada yang hilang dari fitrah alami mereka. Ya, seakan ada hal yang lenyap dari perilakunya. Mereka terlihat lebih cepat “dewasa” dibanding usianya yang begitu belia.. masih balita.
Itulah cerita kehidupan. Allah telah menuliskan taqdir kita masing-masing. Kadang kita merasa bahwa kisah hidup kita sedemikian tragis dan memilukannya, namun ternyata di luar sana masih banyak orang yang lebih tragis alur kisah hidupnya. Dan yang membuat kita malu, ternyata mereka lebih tegar dan lebih kuat dibanding diri kita.
Melihat kekuatan mahluk-mahluk imut dan lucu itu, malu rasanya. Kita yang masih diberikan banyak menikmatan oleh Allah, ternyata juga masih banyak berkeluh kesah dan kurang bersyukur. Semoga Allah menguatkan jiwa kita dan memberikan perasaan syukur yang dalam di hati.
Semoga Dia melimpahkan selalu karunia-karunia terbaik dan kenikmatan yang banyak. Semoga kemakmuran dan kedamaian hidup dari dunia hingga akhirat… Aamiin
Samarinda, 25 Ramadhan 1440 H
✍️ Abdillah Syafei
*) Gambar hanya ilustrasi