Secara alami kebenaran itu akan selalu menemukan jalannya untuk sampai ke hati-hati yang ikhlas. Dihalangi dengan apapun selalu ada celah untuk dia merembes dan akhirnya terkumpul menjadi sebuah aliran pencerahan.

Bahkan saat dibendung dengan tembok tebal, tinggi dan kokohpun, air tak pernah merasa terhalangi. Ia terus saja datang tanpa kenal putus asa. Meski mungkin hanya setetes demi setetes, bendungan penghalang itupun akan ia lampaui juga.

Ia tak serta merta memaksakan diri untuk membanjiri area di seberang sana. Ia mungkin hanya mengisi relung-relung kecil, celah-celah sempit, dan kekosongan-kekosongan yang ada di sekelilingnya.

Setetes demi setetes akhirnya menjadi banjir yang tak bisa ditahan oleh siapapun kecuali Sang Pencipta air itu sendiri.
Begitulah juga kebenaran, ia mengalir dari sumber yang jernih. Membasahi lembah-lembah gersang, lubuk hati yang kering kerontang, celah-celah kekosongan jiwa dan menyejukannya meski tembok kedzaliman menghadang garang.

Tetesan dan rembesan kebenaran akan terus mengisi ruang kekosongan. Memenuhinya dengan kejujuran. Dan akhirnya tak bisa dibendung oleh benteng tirani yang sekokoh dan setinggi apapun.

Bahkan semakin dihalangi dan dibendung, ia akan semakin menyimpan energi potensial yang kian meraksasa. Hingga detik jebolnya keangkuhan itupun terjadi, menenggelamkan angkara murka.

Wallahu a’lam

Bumi Kalimantan, 11 Juli 2021