Sebagian orang memaknai IKHLAS itu dengan “tidak berharap”. Ya, itu adalah pendapat sebagian saudara kita. Namun perkenankanlah saya memaknai IKHLAS sebagaimana yg saya fahami.
1) Menurut saya “tidak berharap” itu bukan ikhlas namun SOMBONG.
Bagaimana mungkin hamba yg dhaif dan selalu berhajat kepada Allah ini sampai tida berharap? Apakah kita sudah bisa mencukupi hajat kita sendiri?
2) Tidak berharap itu menyelisihi banyak dalil Al Qur’an maupun As Sunnah yg jelas-jelas menyerukan berbuat amal shalih dgn mengharap… Mengharap pahala, surga, kenikmatan dunia dan akhirat, hingga berharap Ridho-Nya dan memandang wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
3) Biasanya sahabat yg mengklaim tidak berharap mengatakan kurang lebih demikian: “Kami tidak berharap apa-apa. Kami hanya mengejar RIDHO-NYA.”
Bukankah itu berharap juga? Berharap Ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala.
4) Justeru dengan BERHARAP apa-apa yg diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, seperti berharap rejeki yg halal, berharap umur panjang, berharap ilmu yg manfaat, hingga berharap surga, adalah tanda KEIKHLASAN menjalankan perintah Allah. Termasuk perintahNya agar kita selalu berharap dan meminta pada Nya?
5) Jadi ikhlas itu bukan tak berharap, melainkan BERHARAP hanya KEPADA ALLAH saja sesuai aqidah tauhid.
Demikian yang saya fahami soal ikhlas. Boleh jadi banyak diantara sahabat yang tidak sefaham dengan saya. Tidak masalah… Yang penting saling menghargai pendapat masing-masing seraya memikirkan dengan ‘bening hati’ pendapat saudara kita, siapa tahu pendapat mereka yg lebih sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah Nabi SAW.
Mohon sejuta maaf bagi saya, hamba Allah nan dhaif ini, sekiranya ada saudaraku yang tak sefaham dan tersinggung. Tiada masud lain selain mengemukan pendapat. Siapa tahu ada yg setuju… Jika tak setuju ya tidak mengapa… Namanya juga pendapat.. 🙂
Wallahu a’lam
29/12/2014
Abdillah Syafei